Posted on February 22, 2017
Bismillahirrahmanirrahim,
Kali ini aku mau bercerita tentang pengalamaku sebagai ketua Makrab UBALA ITB. Sebelumnya aku ingin membuka cerita ini dengan dua kalimat sakti berikut,
” UBALA adalah keluarga dan Anggotanya adalah manusia ”
Semuanya bermula saat angkatanku (UBALA 2012) akan membuat makrab angkatan. Namun tiba tiba, datanglah titah dari angkatan atas “kalian sehabis makrab angkatan siapin makrab buat semua anggota UBALA ya, Oke? Sip?” (redaksinya gak gitu sih) tapi ya intinya dari angkatan atas dan BP berharap angkatanku bisa ngadain (jadi panitia) buat acara makrab UBALA.
Di suatu malam di sebuah lingkaran manusia, yang anak ITB suka menyebutnya ‘forum angkatan’, akhirnya kita memutuskan untuk menerima permintaan itu. Langsung deh kita ke tahap berikutnya, menentukan ketuanya. Awalnya sih tunjuk-tunjukan, berhubung memang tidak ada yang mengajukan diri, dan aku termasuk yang ditunjuk. Setelah setiap orang memberikan alasan dan pendapatnya, terpilihlah aku sebagai ketuanya (azeek). Awalnya sih ragu, tapi melihat dukungan teman-teman yang sudah percaya, akhirnya aku memberanikan diri untuk mengambil kesempatan dan tanggung jawab ini.
Oke, masuk ke cerita utama. Sejujurnya ini pengalaman pertamaku memimpin sebuah kepanitian, jadi wajar saja kalau aku kebingungan. Langkah pertamaku adalah bertanya ke angkatan 2011. Dan ternyata tahun sebelumya tidak ada makrab. Tapi untungnya tetua-tetua UBALA asik-asik orangnya seperti kak Imad, ka Bagus, ka Ridho, kiyai Kevin dll. Dari bertanya, aku banyaaaaak mendapatkan masukan. Jadi makin yakin kan sama kalimat “UBALA adalah keluarga”.
Kalimat sakti “UBALA adalah keluarga” terbukti lagi saat aku mulai menyusun kepanitianya dan jobdecs serta mencari kadiv. Dengan senang hati teman-teman ku bersedia membantu dan menjadi kadivnya, Alhamdulillah. Dari sini nih mulai berdatangan halangan dan rintangannya. Karena jadi ketua kerjanya gak cuma ngeliatin kerjaan kadiv di bawahnya, tapi juga harus ikut mikir dan mastiin target dan jobdescnya bisa berjalan dengan lancar. Mulai dari target keuangan, danus, garis besar acara, tempat dan transport, logistik, wiiiiiiih ‘pusing pala awak’ kalo kata dodie mah (ket : dodie adalah ketua UBALA dari angkatanku).
Ya akhirnya dengan bantuan seluruh teman-temanku semua bisa diatasi. Danus yang memaksaku setiap hari bangun pagi untuk menemani kadiv danus tersayangku (Diana) mengambil gorengan di gang lime Cisitu berbuah manis. Susunan acara dan games super juga sudah siap berkat otak cemerlang Rache (kadiv acara) dan gengnya. Tempat dan transport diamankan oleh Lambarindo, yang udah muter-muter sampe Dago Pakar tapi ujung ujungnya di VIB juga, haha. Dan semua kebutuhan buat hari-H yang sudah diselesaikan oleh semua kadiv dan tim tersayang.
Dan Hari-H
Satu kebiasan buruk anak anak UBALA, TELAT. Ngeselin! Harusnya jam 8 udah siap jalan, jam 9 baru pada dateng, jam 10 baru berangkat. Setelah berberes di Villa, kita langsung main games. Dan rese nya anak UBALA keluar lagi, SUSAH DIATUR. Kan gamenya udah ada aturannya, biar enak kan ya? biar adil? Tapi ya gitu ngeles, gak ikut aturan, malah minta minta aturan diganti buat nguntungin tim mereka, kan kesel, ngambek lah aku (ngambek beneran nih ceritanya). Wakaka, sekarang aku udah punya jawabannya. Ya tidak lain dan tidak bukan adalah kalimat saktiku, ” UBALA adalah keluarga dan Anggotanya adalah manusia “, wajarlah kalo setiap manusia punya egonya masing masing, begitu pula setiap anggota UBALA.
Tapi aku tetep ngambek (kan dulu ceritanya masih cupu). Tapi untungnya aku punya teman angkatan yang super, mereka bantuin buat kondusifin lagi, lanjutin gamesnya dan senang-senangnya berlanjut. Semua games berjalan dengan lancar dan tawa dimana-mana (sumpah seneng banget ngeliatnya).
Malam harinya kita kumpul kumpul, perform angkatan (disinilah awal mula ‘angkatan lilin’ menjadi julukan angkatan UBALA 2012), bagi bagi hadiah. Dan disini aku merasa bersyukur banget sudah berani memegang tanggung jawab ini, melihat senyuman anak-anak UBALA berkat acara yang ku siapin bareng angkatan. Ngambek pun reda, wakaka. Semua acara selanjutnya pun lancar sampai pulang.
Sekali lagi aku sangat bersyukur mendapatkan kesemapatan ini. Aku juga berterimakasih sebesar besarnya buat angkatanku, UBALA 2012, dan seluruh anggota UBALA tentunya. Karena aku belajar banyak disini, mendapatkan banyak disini.
Dan pesanku buat penerus UBALA selanjutnya,
"Jangan takut untuk memegang tanggung jawab, walau dengan tanggung jawab seolah kamu harus memberi banyak namun nyatanya kamulah yang akan diberi lebih banyak."
Terakhir ada beberapa bait kata yang ingin ku sampaikan untuk semua massa UBALA,
UBALA adalah Keluarga
Anggotanya adalah Manusia
Wajar dalam sebuah keluarga
jika bertengkar dengan sesamanya
Karena juga wajar jika setiap manusia
terpeluk egonya, mementingkan dirinya
Namun
Tak wajar untuk cerai-berai
karena esensi keluarga adalah saling mengikat
Tak boleh saling menjatuhkan
karena sejatinya keluarga itu membangun
Akhirnya, terima kasih UBALA, Laju pun…
Aswan A Pribadi
UBALA 2012