Posted on February 17, 2017
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Hallo massa Ubala!
Perkenalkan, saya Agung Prasdianto Ubala 2011. Disini saya ingin bercerita tentang kegiatan-kegiatan di Ubala yang berkesan selama saya menjadi anggota Ubala.
Ubala merupakan wadah bagi mahasiswa/mahasiswi ITB yang mencintai dan ingin melestarikan budaya lampung. Ubala adalah sebuah unit kesenian yang berazaskan kekeluargaan. Sebelum mengenal teman-teman satu jurusan, sebelum mengenal teman-teman satu fakultas, Ubala adalah keluarga pertama yang menyambut saya ketika saya pertama kali melangkahkan kaki memasuki kampus ganesha. Ketika pertama kali masuk di ITB, Ubala lah yang menjadi jendela informasi mengenai apa saja yang ada di ITB, mulai dari informasi beasiswa, kondisi kampus, serta kegiatan kegiatan yang akan dihadapi nantinya.
Saat saya masuk ke Ubala, saya merasakan kenyamanan hingga suatu saat saya berjumpa dengan yang namanya kaderisasi.
Awalnya kaderisasi itu cukup membuat saya merasa lelah dan sedikit tidak nyaman dengan tekanan-tekanan yang diberikan. Bagi saya itu terlalu berlebihan untuk sebuah unit yang berbasiskan kesenian.
Namun, seiring berjalannya waktu, saya merasa, semakin lama angkatan 2011 semakin kompak, semakin peduli satu sama lain dan di akhir kaderisasi itulah saya tersadar. Yah, inilah proses. Belum tentu angkatan kami akan seakrab dan sekompak ini tanpa melewati proses tersebut.
Tapi ada satu yang mengganjal, apakah proses kaderisasi harus selalu seperti itu? Kenapa tidak ditekankan pada kesenian atau kebudayaan, belajar menari, musik, lagu lagu? Bukankah ini unit kesenian dan kebudayaan? Semakin saya masuk ke Ubala, mengikuti beragam kegiatan dan kepanitiaan, sampailah pada satu jawaban, kaderisasi itu harus sesuai dengan kebutuhan organisasi. Saat itu Ubala lebih butuh upaya untuk mempererat kekeluargaan anggotanya, saat itu Ubala sedang butuh upaya untuk meningkatkan kesadaran organisasi dan kedisiplinan anggotanya. Ketika anggotanya sudah erat dan disiplin maka akan lebih mudah bagi ubala untuk berkarya. Di tahun berikutnya dimana angkatan 2011 sebagai pengkader, kebutuhan sudah mulai bergeser. Sedikit demi sedikit materi kesenian dan kebudayaan dalam kaderisasi ditingkatkan. Begitu pula di tahun-tahun berikutnya semakin tahun materi kesenian dan kebudayaan semakin meningkat sehingga karya-karya Ubala semakin menggema.
Di tahun berikutnya, dimana saat itu giliran angkatan 2011 dan 2012 yang dipercaya sebagai badan pengurus. Saat itu saya mengabdi di departemen seni dan budaya. Saat inilah dimana kemampuan menggerakkan anggota cukup di uji. Departemen seni dan budaya terbagi menjadi dua divisi, divisi manajerial dan pentas seni yang difokuskan untuk mengembangkan karya di Ubala supaya semakin bergaung baik di dalam maupun di luar kampus dan divisi kebudayaan yang difokuskan untuk meningkatkan wawasan anggota Ubala itu sendiri terhadap kebudayaan lampung. Cukup banyak program kerja yang dijanjikan, mulai dari lantihan tari rutin, buletin Ubala yang harus tiap bulan, buku kitab lampung yang harus jadi di akhir kepengurusan, buku curhat aksara lampung untuk melatih kemampuan anggota dalam menulis aksara lampung, kamus bahasa lampung elektronik, dll. Hasilnya cukup memuaskan tetapi yang paling sulit adalah menarik partisipasi dari anggota Ubala itu sendiri.
Saat itu partisipasi anggota bahkan anggota departemen seni dan budaya masih kurang. Proker berhasil tetapi yang berperan hanya itu itu saja menurut saya seperti nasi goreng yang hambar, hasilnya ada, tetapi rasanya tidak ada.
Yang penting adalah prosesnya. Proseslah yang mengasah kemampuan, proseslah yang meningkatkan kekeluargaan, proseslah yang memberikan kenikmatan. Jika prosesnya bagus dan merata dijamin karya-karya Ubala akan menciptakan kebanggaan yang luar biasa.
Harapan saya, semoga kedepannya kekeluargaan di Ubala semakin erat, anggotanya semakin aktif dalam berpartisipasi di setiap kegiatan, anggotanya semakin peduli terhadap tanggung jawab program kerja di setiap divisinya, anggotanya semakin disiplin dan tepat waktu dalam setiap latihan dan rapat, karya-karya keseniannya semakin banyak dan semakin didengar oleh masyarakat, wawasan kesenian, kebudayan, kemampuan organisasi serta soft skill lain setiap anggotanya pun semakin meningkat. Semoga Ubala kedepannya semakin baik dan semakin bermanfaat. Aamiin…
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Agung Prasdianto
Ubala 2011